Selasa, 09 Maret 2010

Redefinisi Nasionalisme melalui Kepemimpinan Generasi Muda di bidang Ekonomi Kreatif

Redefinisi Nasionalisme melalui Kepemimpinan Generasi Muda di bidang Ekonomi Kreatif

Kepemimpinan masa depan bukan lagi pada soal siapa, melainkan pada apa dan bagaimana bentuk kepemimpinan. Yang harus kita perhatikan bersama bukan lagi sekadar tokoh (figure) atau pimpinan (leader) , tapi lebih kepada kepemimpinan (leadership).

Dalam konteks ekonomi, sehubungan dengan dicanangkannya Tahun Indonesia Kreatif 2009 oleh Presiden SBY, kita bisa melihat pemerintah mulai menunjukkan keseriusannya untuk mengembangkan ekonomi kreatif melalui industry kreatif, dimana subsector industry kreatif yang berpotensi besar untuk dikembangkan adalah yang bersentuhan dengan seni dan budaya.

Industry kreatif ini sangat erat kaitannya dengan anak muda yang notabene adalah calon pemimpin masa depan, karena kalau kita perhatikan profil para pelaku industry kreatif sebagian besar adalah anak-anak muda.

Menurut John Howkins dalam The Creative Economy: How People Make Money From Ideas, ekonomi kreatif diartikan sebagai segala kegiatan ekonomi yang menjadikan kreativitas (kekayaan intelektual), budaya dan warisan budaya maupun lingkungan sebagai tumpuan masa depan. Sedangkan, industri kreatif adalah industry yang berbasis kreativitas, keterampilan, dan talenta yang memiliki potensi peningkatan kesejahteraan serta penciptaan lapangan kerja dengan menciptakan dan mengeksploitasi Hak Kekayaan Inteletual (HKI). Analoginya, ekonomi kreatif adalah rumahya, sedangkan industri kreatif adalah binatangnya.

Dengan memadukan ide, seni, budaya, dan teknologi diharapkan lahirnya generasi muda yang bukan hanya kreatif dan menguasai teknologi, tetapi juga sadar dan bangga akan kekayaan dan keanekaragaman seni dan budaya lokal kita. Sehingga akan muncul dalam diri generasi muda Indonesia nilai-nilai nasionalisme baru yang lebih segar, lebih kreatif dan lebih produktif. Buka sekadar jargon-jargon atau slogan-slogan kosong tanpa makna, apalagi bukti nyata berupa hasil karya.

Selama ini subsector industry kreatif, terutama di bidang fashion, periklanan dan desain yang paling besar kontribusinya terhadap PDB sampai saat ini masih didominasi anak-anak muda dari kalangan kelas menengah ke atas yang punya akses ke jurusan desain, arsitektur dan periklanan di perguruan tinggi. Untuk mewujudkan peran lebih aktif dan massif dari anak muda dalam ekonomi kreatif perlu adanya peran lebih besar pemerintah untuk menjamin pemerataan yang lebih luas di bidang pendidikan tinggi. Disamping itu, perlu juga adanya pergeseran paradigma masyarakat umum terhadap anak-anak muda yang memilih berkarir di bidang seni dan budaya, karena saat ini bidang-bidang tersebut juga punya peluang ekonomi di masa yang akan datang, seperti halnya bidang-bidang karir lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar